Tauhid dan Kerinduan

Oleh: Sang Perindu*

Dalam sebuah sya'ir bahasa Arab disebutkan -- yang arti bahasa Indonesianya -- kurang lebih seperti ini: "Aku telah melakukan perjalanan jauh dari Mesir ke Iraq, hanya untuk menjumpai kekasihku dengan penuh kerinduan."

Setiap perjalanan hidup, baik jauh maupun dekat pasti memiliki tujuan tertentu. Tujuan adalah akhir dari pergerakan benda dan perjalanan hidup manusia.

Dalam sya'ir di atas, seseorang berjuang dengan penuh pengorbanan, yaitu melakukan perjalanan kaki yang sangat jauh, hanya demi satu tujuan, yaitu menjumpai 'sang terkasih' dengan penuh kerinduan.

Dalam perjalanan hidup manusia, pada dasarnya adalah sebuah pergerakan menuju kesempurnaan. Ia akan mendapatkan kesempurnaan tersebut jika seandainya ia telah menemukan dan berjumpa dengan Sang Maha Sempurna (al-Kamal).

Kenyataan bahwa pada awalnya manusia sudah terikat dengan janji dan komitmen awal kepada Allah. Saat Allah menanyakan kepada manusia: "Apakah aku ini adalah Tuhanmu?" Maka dengan penuh kesadaran manusia tersebut menjawab: "Tentu saja."

Manusia berasal dari Allah dan akan kembali kepada-Nya (inna lillah wa inna ilaihi raji'un). Namun demikian, saat manusia terlahir ke dunia, dalam perjalanannya ada yang sadar bahwa ia itu berasal dari Allah, dan banyak pula yang tersesat.

Asal manusia adalah Allah, dan akan kembali kepadaNya. Tujuan akhir manusia adalah Allah. Permasalahannya adalah, apakah dalam proses menuju tujuan akhir tersebut, manusia bergerak dan berjalan dengan penuh rasa kerinduan atau tidak.

Jika pergerakan hidup manusia didasarkan atas kerinduan, maka setiap bentuk perjuangan dan pengorbanan akan totalitas demi menunjukan bahwa ia benar-benar rindu kepada Tujuan Akhir itu.

Sebaliknya, pengorbanan dan perjuangan akan dipandang sia-sia jika dalam proses pergerakan hidup manusia didasarkan atas sesuatu yang lain atau selain Allah yang Maha Sempurna.

Menjalani hidup dengan penuh kerinduan tentu akan sangat berbeda dengan hidup yang hanya sekedar hidup. Saat kematian menjemput, manusia yang hidupnya merindu kepada Allah tentunya tidak akan pernah merasa takut. Sebaliknya takut kepada kematian bisa terjadi bagi orang-orang yang hidupnya tidak merindu kepada Allah.

Kerinduan atas Tujuan Akhir (Allah) pastinya akan memberikan semangat dan kekuatan untuk melewati setiap perjalanan hidup yang terjal dan berliku.

Dengan kerinduan, manusia akan mampu melewati berbagai bentuk rintangan dan cobaan hidup. Ia tidak akan pernah takut atas apa yang akan terjadi di kemudian waktu, dan ia tidak akan pernah meratapi kesedihan atas apa yang telah berlalu.

Merindu kepada Sang Maha Sempurna akan memberikan semangat dan kekuatan tertentu dalam menjalani hidup. Garis kehidupannya akan selalu dituntun dan dibimbing oleh Allah. Sehingga akhirnya sebab kerinduan tersebut, ia akan berjumpa dengan yang dirindukan, yaitu Allah.

Saat manusia hidup didasarkan atas kerinduan, maka yang dirindu pun akan selalu sabar menunggu dengan penuh kesetiaan.

Wallahu a'lam

*Ramdhany

Related Posts:

0 komentar:

Posting Komentar