Oleh: Ramdhany
Dalam al-Qur'an, setidaknya ada dua syarat bagi manusia untuk mendapatkan jalan keselamatan, yaitu beriman dan beramal. Yang dimaksud dengan beriman adalah beriman kepada Allah dan Hari Akhir, dan yang dimaksud dengan beramal adalah beramal soleh.
"Sesungguhnya orang-orang beriman, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani, dan orang-orang Shabi'in, jika beriman kepada Allah dan Hari Akhir, dan beramal shaleh, maka bagi mereka itu pahala dari Tuhannya, dan baginya tidak ada ketakutan, dan baginya tiada kesedihan."
Lantas, apa hubungannya antara iman kepada Allah dan amal soleh?
Beriman kepada Allah disebut tauhid. Dan dalam sepanjang sejarah kehidupan manusia, tauhid adalah suatu sistem kepercayaan yang mampu bertahan dan bersahabat dimanapun dan kapanpun. Tauhid itu suatu sistem kepercayaan yang berkesesuaian dengan fitrah kemanusiaan.
Allah adalah Kebenaran Absolut (al-Haq al-Mutlaq) yang dengan-Nya segala sesuatu itu ada. Dialah asal-muasal segala sesuatu yang ada dan muara terakhir dari akhir pergerakan sesuatu itu.
Karena Allah adalah Kebenaran Absolut, maka segala apapun yang menjadi perintah dan larangannya adalah kebenaran pula. Saat Allah memerintahkan berbuat baik kepada orang tua, maka hal tersebut adalah perbuatan yang benar. Saat Allah melarang menyakiti anak yatim, maka hal itu pun merupakan perbuatan yang benar pula.
Segala bentuk perintah dan larangan yang keluar dari Allah, maka hal tersebut adalah perbuatan yang benar. Dan perbuatan yang benar itu disebut amal soleh.
Amal saleh adalah perbuatan yang berkesesuaian dengan fitrah manusia. Pada dasarnya, manusia adalah makhluk baik yang selalu ingin melakukan perbuatan baik pula. Jadi, pada hakikatnya, perbuatan baik yang dilakukan oleh manusia adalah perbuatan yang berkesesuaian dengan Kebenaran Mutlaq.
Kebenaran Mutlaq dan amal saleh adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Saat manusia berkeyakinan bahwa hanya Allah-lah Kebenaran Mutlaq, maka dalam aktualisasi kesehariannya ia akan selalu melakukan perbuatan yang benar (amal saleh).
Perbuatan yang didasarkan atas keinginan ego (hawa nafsu) maka hal itu adalah perbuatan yang salah. Ego manusia selalu menginginkan sesuatu yang tak terbatas dan berlebihan. Maka dengan hal itu, ego manusia pada dasarnya menyeretnya kepada hal yang mubadzir dan tak bermanfaat, dan hal itu tidaklah dibenarkan.
Tauhid dan amal saleh selalu berjalan beriringan, senada, dan seirama. Amal saleh selalu menjungjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Amal saleh mengandung nilai-nilai kebenaran dan kebaikan bagi kehidupan sekitarnya.
Kunci keselamatan dari kehidupan ini adalah saat manunia bertauhid dan beramal saleh. Beriman kepada Allah dan beramal saleh adalah dua hal yang harus dipegang teguh oleh manusia. Tiada orang mengaku bertauhid, akan tetapi dalam amal perbuatannya didasarkan atas hawa nafsunya.
Jadi sangatlah jelas bahwa beriman kepada Allah serta Hari Akhir, dan beramal saleh adalah kunci sukses kehidupan ini menuju kesempurnaan jiwa. Jiwa yang tenang (nafs al-muthmainnah) itu adalah suatu kondisi di mana jiwa manusia tidak lagi merasakan keadaan takut dan sedih.
Kesempurnaan jiwa akan didapatkan ketika manusia selalu melakukan amal kebaikan. Dan amal kebaikan itu adalah pancaran dari kebenaran Mutlaq. Maka, tugas hidup manusia yang benar adalah bertauhid dan beramal soleh.
Dalam al-Qur'an, setidaknya ada dua syarat bagi manusia untuk mendapatkan jalan keselamatan, yaitu beriman dan beramal. Yang dimaksud dengan beriman adalah beriman kepada Allah dan Hari Akhir, dan yang dimaksud dengan beramal adalah beramal soleh.
"Sesungguhnya orang-orang beriman, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani, dan orang-orang Shabi'in, jika beriman kepada Allah dan Hari Akhir, dan beramal shaleh, maka bagi mereka itu pahala dari Tuhannya, dan baginya tidak ada ketakutan, dan baginya tiada kesedihan."
Lantas, apa hubungannya antara iman kepada Allah dan amal soleh?
Beriman kepada Allah disebut tauhid. Dan dalam sepanjang sejarah kehidupan manusia, tauhid adalah suatu sistem kepercayaan yang mampu bertahan dan bersahabat dimanapun dan kapanpun. Tauhid itu suatu sistem kepercayaan yang berkesesuaian dengan fitrah kemanusiaan.
Allah adalah Kebenaran Absolut (al-Haq al-Mutlaq) yang dengan-Nya segala sesuatu itu ada. Dialah asal-muasal segala sesuatu yang ada dan muara terakhir dari akhir pergerakan sesuatu itu.
Karena Allah adalah Kebenaran Absolut, maka segala apapun yang menjadi perintah dan larangannya adalah kebenaran pula. Saat Allah memerintahkan berbuat baik kepada orang tua, maka hal tersebut adalah perbuatan yang benar. Saat Allah melarang menyakiti anak yatim, maka hal itu pun merupakan perbuatan yang benar pula.
Segala bentuk perintah dan larangan yang keluar dari Allah, maka hal tersebut adalah perbuatan yang benar. Dan perbuatan yang benar itu disebut amal soleh.
Amal saleh adalah perbuatan yang berkesesuaian dengan fitrah manusia. Pada dasarnya, manusia adalah makhluk baik yang selalu ingin melakukan perbuatan baik pula. Jadi, pada hakikatnya, perbuatan baik yang dilakukan oleh manusia adalah perbuatan yang berkesesuaian dengan Kebenaran Mutlaq.
Kebenaran Mutlaq dan amal saleh adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Saat manusia berkeyakinan bahwa hanya Allah-lah Kebenaran Mutlaq, maka dalam aktualisasi kesehariannya ia akan selalu melakukan perbuatan yang benar (amal saleh).
Perbuatan yang didasarkan atas keinginan ego (hawa nafsu) maka hal itu adalah perbuatan yang salah. Ego manusia selalu menginginkan sesuatu yang tak terbatas dan berlebihan. Maka dengan hal itu, ego manusia pada dasarnya menyeretnya kepada hal yang mubadzir dan tak bermanfaat, dan hal itu tidaklah dibenarkan.
Tauhid dan amal saleh selalu berjalan beriringan, senada, dan seirama. Amal saleh selalu menjungjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Amal saleh mengandung nilai-nilai kebenaran dan kebaikan bagi kehidupan sekitarnya.
Kunci keselamatan dari kehidupan ini adalah saat manunia bertauhid dan beramal saleh. Beriman kepada Allah dan beramal saleh adalah dua hal yang harus dipegang teguh oleh manusia. Tiada orang mengaku bertauhid, akan tetapi dalam amal perbuatannya didasarkan atas hawa nafsunya.
Jadi sangatlah jelas bahwa beriman kepada Allah serta Hari Akhir, dan beramal saleh adalah kunci sukses kehidupan ini menuju kesempurnaan jiwa. Jiwa yang tenang (nafs al-muthmainnah) itu adalah suatu kondisi di mana jiwa manusia tidak lagi merasakan keadaan takut dan sedih.
Kesempurnaan jiwa akan didapatkan ketika manusia selalu melakukan amal kebaikan. Dan amal kebaikan itu adalah pancaran dari kebenaran Mutlaq. Maka, tugas hidup manusia yang benar adalah bertauhid dan beramal soleh.
0 komentar:
Posting Komentar