SETELAH aksi
teror yang terjadi di Sarinah pekan lalu, kemarin sore, Rabu 20 Januari 2016,
saya membaca berita di salah satu portal berita online yang isinya menyangkutpautkan Himpunan Mahasiswa Islam
(HMI) dengan terorisme. Judul beritanya "Sekretariat HMI Singaraja
Dicurigai Sarang Teroris". Sontak saya pun kaget membaca judul berita yang
sangat mengerikan itu, meski saya yakin bahwa hal itu tak mungkin.
Dan benar saja,
isi berita tersebut menceritakan tentang aksi penggerebekan belasan aparat
keamanan ke dalam Sekretariat HMI Cabang Singaraja di Jalan Abimanyu 32.
Alasanya sangat sederhana, hanya gara-gara berkibar bendera HMI di pagar
sekretariat, seorang warga langsung berasumsi bahwa organisasi ini dianggap
radikal dan terindikasi komplotan teroris, lantas ia pun melapor ke aparat
keamanan. Sungguh alasan yang sederhana dan sangat dangkal.
Sebatas
informasi, Bendera HMI itu terdiri atas warna Hijau dan Hitam, kemudian sebuah
Lencana (lambang) yang di dalamnya ada tulisan HMI dan gambar Bulan-Bintang.
Lantas muncul
pertanyaan di dalam benak saya; mengapa seorang warga itu sampai hati
melaporkan ke aparat keamanan bahwa HMI itu terindikasi terorisme hanya
gara-gara sehelai bendera yang tak berdosa itu?
Perlu saya tegaskan
bahwa HMI itu bukan organisasi radikal apalagi gerakan teroris. HMI adalah
organisasi mahasiswa yang berazaskan Islam dan berjuang untuk menegakkan
nilai-nilai keislaman dan keindonesiaan di dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.
Islam HMI bukan
Islam yang ekslusif yang merasa benar sendiri, bukan Islam yang suka
mengkafir-kafirkan golongan lain, dan bukan pula Islam garis keras. Islam HMI
adalah Islam yang inklusif, toleran, moderat dan cinta damai. Dalam bahasa
al-Qur'an, Islam HMI adalah Islam yang rahmatan lil'alamin, menjadi rahmat
dimanapun dan kapanpun.
Secara
prinsipil, seluruh kader HMI diajarkan nilai-nilai dasar untuk menopang gerak
perjuangannya. Mulai dari prinsip dasar ketauhidan, kemerdekaan individu, dan
keadilan di dalam tatanan masyarakat. Kesemuanya terhimpun dalam sebuah naskah
ideologis yang bernama NDP (Nilai-nilai Dasar Perjuangan).
Terlebih pada
Kongres ke-29 di Pekanbaru yang lalu, HMI telah menetapkan Basic Demand
Indonesia (BDI) sebagai naskah resmi organisasi. BDI tersebut merupakan salah
satu ikhtiar organisasi dalam upaya memperkokoh pemahaman kader dalam aspek
keindonesiaan. Bagi HMI, mempertahankan kemerdekaan Negara Kesatuan Republik
Indonesia adalah harga mati, yang tak bisa ditawar-tawar lagi. Dan siapa pun
yang berupaya untuk memecah-belah kesatuan bangsa, maka itulah musuh HMI.
Maksud hati
bukan untuk menyalahkan warga yang melapor tadi, tetapi saya hanya ingin
sekedar meluruskan pemahaman kepada siapapun yang tidak memahami tentang
seluk-beluk himpunan ini. Cukuplah beberapa golongan saja yang menjadi
"kambing hitam" atas kejadian teror yang terjadi di Sarinah itu, tapi
jangan HMI.
Tidakkah
saudara tahu bahwa HMI yang pasang badan dalam mempertahankan kemerdekaan
Negara Kesatuan Republik Indonesia; tidakkah saudara tahu bahwa HMI yang sering
turun ke jalan menyuarakan keadilan; dan tidakkah saudara tahu bahwa HMI telah
berhasil mengawinkan antara Islam dan Demokrasi sehingga saudara saat ini bisa
bernafas dengan penuh kebebasan.
Dari rahim HMI
pula lah banyak lahir dan tumbuh intelektual-intelektual Muslim berwawasan
kebangsaan semisal Cak Nur, Dawam Rahardjo, Ahmad Wahib, Djohan Effendi,
Azyumardi Azra, Amin Rais, Komaruddin Hidayat, dan banyak nama-nama besar
lainnya.
Jangan
kambing-hitamkan HMI. Sesederhana itu pesan yang ingin saya sampaikan dalam
tulisan ini. Wallahu a'lam
dimuat : http://www.rmol.co/read/2016/01/21/232810/Jangan-Kambing-Hitamkan-HMI-
0 komentar:
Posting Komentar