Februari adalah bulannya Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Ya, tepatnya hari ke 5 di bulan itu, HMI genap berusia 69 tahun, usia yang cukup senja jika dinisbatkan kepada hitungan usia seorang manusia.
Dalam tulisan
ini, saya tidak akan berbicara prihal sejarah perjuangan HMI yang cukup
dramatis dan penuh dengan adegan-adegan heroik para pejuangnya dalam menjaga
tatanan dan keutuhan Bangsa Indonesia. Tulisan ini juga tidak akan mengulas
tentang tokoh-tokoh nasional jebolan HMI. Dan juga tidak akan menyoal tentang
hiruk-pikuk problematika dan dinamika organisasi yang kian hari semakin rumit
dan 'njelimet'.
Terlebih, jika
kita sedikit menengok ke belakang, ada dua momentum yang sempat menjadi
perbincangan dan cibiran banyak orang: Kongres 29 di Pekanbaru dan Ritual
Pelantikan Pengurus Besar HMI di Ciputat.
Dari dua
momentum sakral tersebut dinodai oleh beberapa ulah oknum kader sehingga
suasananya menjadi riuh, gemuruh dan ricuh. Ya, intinya saya pribadi sebagai
bagian dari keluarga besar himpunan ini merasa malu atas kejadian-kejadian yang
menodai nama besar himpunan ini. Dan saya agak malas untuk mengomentari lebih
lanjut hal itu.
Baiklah, di
hari kelahirannya ini, saya ingin kembali mengingatkan kepada para pembaca yang
budiman tentang teks Hymne HMI, yang bagi saya sangat sederhana tetapi memiliki
makna yang sangat dalam.
Bersyukur dan ikhlas
Himpunan Mahasiswa Islam
Yakin usaha sampai
Untuk kemajuan
Hidayah dan taufiq
Bahagia HMI
* * *
Berdoa dan ikrar
Menjunjung tinggi syiar Islam
Turut Qur'an dan Hadis
Jalan keselamatan
Ya Allah berkati
Bahagia HMI
Untuk
diketahui, Hymne HMI tersebut diciptakan oleh R.M Akbar dan disahkan pada
Kongres HMI ke V di Medan pada tanggal 24-31 Desember 1957.
Dari rangkaian
syair sederhana di atas, kita akan melihat dan membaca secara berulang dua
kalimat yang sama, yaitu "Bahagia HMI". Tentu kebahagiaan adalah inti
dari mengapa HMI harus ada dan hadir di bumi nusantara ini.
Namun demikian,
tidak sedikit dari kita sebagai kader himpunan yang lupa dan alfa bahwa
sesungguhnya HMI berkeinginan untuk menjadikan semua anggotanya sebagai insan
yang bahagia. Kita sudah lupa bahagia.
Sebagian besar
dari kita malah sibuk untuk mengurusi hal-hal yang pada hakikatnya malah
membuat kita susah dan sengsara. Saling intrik dalam berpolitik, saling injak
dan membentak, saling jegal menjegal, saling cibir mencibir, mengatur strategi
demi terpenuhi hasrat pribadi. Kesemuanya itu seolah menjadi pekerjaan dan
tugas inti dalam ber-HMI.
Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI), bahagia adalah keadaan atau perasaan senang dan
tenteram, bebas dari segala sesuatu yang menyusahkan.
Dalam
al-Qur'an, konsep bahagia adalah suatu kondisi stabil, dimana manusia sudah
tidak takut dalam menghadapi hari yang akan datang (laa khauf), dan tidak
meratapi sesuatu yang sudah berlalu (laa yahzan). Mereka itulah orang-orang
yang beriman dan takut kepada Allah, beriman kepada Hari Akhirat, dan
orang-orang yang selalu mengerjakan amal kebaikan.
Jadi, di bulan
dan hari yang bersejarah ini, mari kita sejenak meluangkan waktu untuk sekedar
mengingat tentang inti dari perjuangan HMI. Jangan lupakan bahagia, karena itu
puncak dari perjuangan himpunan ini.
HMI, Bahagialah
!!!
Ramdhany
0 komentar:
Posting Komentar