MENGAPA HARUS ALLAH

Oleh: Ramdhany

Tulisan sederhana ini akan dimulai dengan beberapa pertanyaan, mengapa Allah (Kebenaran Mutlaq) itu harus tunggal? Dan mengapa yang Tunggal itu satu-satunya yang pantas untuk menjadi sandaran hidup? Dan pertanyan terakhir adalah mengapa harus Allah?

Di dalam al-Qur'an surat al-Ikhlas ayat pertama menyatakan bahwa "Katakanlah bahwa Allah (Kebenaran Mutlaq) itu Tunggal."

Kebenaran Mutlaq (Allah) adalah sesuatu yang berlainan dengan kebenaran relatif. Karena pada nyatanya, kebenaran relatif itu sifatnya umum dan sangat banyak macamnya, secara otomatis sesuatu yang predikatnya tidak melekat di kebenaran relatif itulah Kebenaran Mutlaq.

Semisal ketika kita mengetahui bahwa kebenaran relatif itu jamak (banyak macamnya), maka dengan sendirinya predikat yang melekat pada Kebenaran Mutlaq itu Tunggal. Dialah Allah yang secara niscaya Ada dalam ketunggalannya.

Saat Kebenaran Mutlaq itu dua, tiga, atau empat, maka dengan sendirinya Kebenaran Mutlaq itu berbilang atau jamak, dan hal tersebut secara logis sungguh mustahil adanya. Karena yang jamak itu niscaya relatif dan terbatas. Tunggal bagi Kebenaran Mutlaq adalah suatu keniscayaan. Allah itu Ahad, dan yang Ahad itu Kebenaran Mutlaq (al-Haq al-Mutlaq).

Kepercayaan yang benar adalah ketika manusia percaya kepada Kebenaran Mutlaq yang tunggal. Itulah sistem kepercayaan yang utuh dan menyeluruh. Dan hal itu yang dinamakan dengan tauhid (monoteis).

Kemudian dalam Q.S al-Ikhlas selanjutnya menyatakan: "Allah (Kebenaran Mutlaq) itu Sandaran (al-Shamad)."

Saat manusia telah mengimani bahwa Allah-lah yang pantas untuk dipertuhankan, maka jadikanlah ia sebagai tempat untuk bersandar. Dalam hal ini, keterhubungan antara individu manusia dengan Allah harus terikat dalam satu hubungan yang jelas.

Justru suatu kesia-siaan ketika manusia percaya bahwa Allah (Kebenaran Mutlaq) itu Tunggal, akan tetapi ia tidak menjadikannya sebagai sandaran.

Jadikanlah Kebenaran Mutlaq itu sandaran hidup. Jangan pernah sesekali menjadikan yang relatif itu sebagai sandaran. Karena saat yang relatif dijadikan sebagai sandaran, maka sebenarnya kita telah bersandar kepada sesuatu yang rapuh dan tak utuh.

Hanya Allah-lah Kebenaran Mutlaq yang pantas untuk dipertuhankan, kemudian menjadikanNya sebagai sandaran hidup. Karena pada dasarnya, iman adalah mempercayakan dan memasrahkan seluruh kehidupan kepada Allah yang Maha Esa.

Wallahu a'lam

Related Posts:

0 komentar:

Posting Komentar