Dimuat di Laman Portal Media Rakyat Merdeka
http://www.rmol.co/read/2014/08/27/169507/Tradisi-Baru-dalam-Transisi-Kepemimpinan-Nasional-
Joko
Widodo dan M. Jusuf Kalla telah sah menjadi Presidan dan Wakil Presiden secara
definitif untuk kepemimpinan lima tahun ke depan. Kini, rakyat Indonesia
tinggal menunggu pengambilan sumpah jabatan atau pelantikan yang akan digelar
pada 20 Oktober 2014 mendatang.
Rupa-rupanya,
ada suatu hal yang baru dalam agenda pelantikan presiden dan wakil presiden
mendatang. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) berencana untuk mengadakan
upacara militer sebagai bentuk penghormatan dalam menyambut kepala negara sekaligus
kepala pemerintahan yang baru.
Hal
itu sudah jauh-jauh hari digagas oleh presiden SBY. "Siapapun yang
terpilih nanti apakah Pak Jokowi ataupun Pak Prabowo, saya akan menyambut
dengan penuh kehormatan. Dan bahkan, saya telah merancang sebuah tradisi baru. Kami
berdua, yang lama dan yang baru, outgoing
dan incoming leader, akan menerima
penghormatan dengan upacara militer. Setelah itu, masuk ke dalam Istana,
pamitan dengan perangkat Lembaga Kepresidenan, karena saya harus mengucapkan
terima kasih kepada mereka, dan meminta apa yang mereka berikan kepada saya berikan
pula kepada presiden baru."
Takdir
sejarah Republik Indonesia telah menentukan jalan cerita bahwa Jokowi-lah yang
terpilih sebagai presiden Republik Indonesia untuk periode 2014-2019. Dan jika
kita lihat secara kasat mata, Jokowi merupakan sosok yang lahir bukan dari
rahim militer, ia adalah warga sipil yang akan melanjutkan pemerintahan yang
dalam 10 tahun terakhir ini dipegang oleh sosok yang lahir dari rahim militer.
Kita
mungkin tidak akan pernah membayangkan bagaimana pada saatnya nanti, saat akan
dilantik, Jokowi akan dihadiahi sebuah penghormatan dari pihak militer.
Mengingat, bahwa sosok Jokowi tercitrakan sangat merakyat dan tidak muncul
kesan seorang prawira maupun prajurit.
*
* *
Jika
kita analisa lebih mendalam tentang statemen presiden SBY di atas, tentu kita
akan menemukan maksud dan tujuan mengapa presiden terpilih pasca SBY harus disambut
dengan upacara militer. Upacara militer dalam penyambutan atas presiden baru di
negeri ini adalah sesuatu yang baru, yang sebelumnya tidak pernah dilakukan.
Setidaknya
ada dua tujuan dari diadakannya upacara militer tersebut. Pertama, upacara
militer tersebut bertujuan untuk memberikan penghormatan yang
setinggi-tingginya kepada presiden terpilih. Hal ini merupakan suatu bentuk
kebesaran jiwa dari seorang pimpinan negara ke presiden yang selanjutnya.
Hal
tersebut bernilai positif karena tradisi selama ini yang terjadi adalah di
setiap pergantian presiden, telah terjadi disharmonisasi antara presiden satu
dengan yang lainnya. Seperti pergantian Soekarno ke Soeharto, Soeharto ke
Habibie, Habibie ke Gus Dur, Gus Dur ke Megawati, dan Megawati ke SBY.
Kedua,
penyambutan presiden baru dengan upacara militer tersebut bertujuan untuk
melahirkan suatu tradisi yang baru dan baik. Jika hal itu terjadi, maka
kewibaaan seorang pemimpin negara akan dihargai di mata internasional. Karena
sebelumnya, di setiap pelantikan presiden, penyambutan seperti ini tidak pernah
terjadi.
Jika
seandainya tradisi ini berjalan secara berkelanjutan, tentu kita yakin bahwa
suatu saat nanti akan lahir tradisi baru yang baik dalam transisi kepemimpinan
nasional. Dinamika dan gesekan politik tidak akan memanas secara berkelanjutan,
tetapi justru akan meneduhkan dan memberikan kedamaian.
*Ramdhany
Mahasiswa
Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Penggiat Kajian Piush
0 komentar:
Posting Komentar