Oleh: Dani Ramdhany*
Dimuat di Rakyat Merdeka
http://www.rmol.co/read/2014/07/16/164096/Air-Mata-Palestina-
“Ini bukan hanya cerita
tentang drama tangisan anak-anak Palestina, melainkan bahwa monster itu
benar-benar ada dan ia telah terbangun lagi. Monster yang kejam dan bengis itu
telah membuat anak-anak menangis ketakutan, istri-istri tak bersuami meneteskan
air mata, dan para mujahid meneriakkan kalimat ‘Allahu Akbar’. Ini cerita
tentang monster yang dibiarkan hidup berkeliaran di kala kebebasan tak lagi
bergemuruh.”
Seorang
filosof asal Inggris, Thomas Hobbes (1588)
menyatakan bahwa manusia pada dasarnya memiliki sifat alamiah, yaitu buruk atau
jahat. Secara alamiah manusia akan memerangi manusia lain, manusia akan menjadi
serigala bagi manusia yang lainnya (homo
homini lupus). Karena bawaan dasar manusia adalah hasrat yang selalu ingin
berperang, maka semua manusia akan saling berperang dengan yang lainnya (bellum omnium contra omnes).
Hobbes
berpendapat bahwa kehidupan manusia akan selalu diwarnai oleh persaingan dan
konflik kekuasaan. Kekerasan menjadi alat yang ampuh yang sering digunakan
dalam persaingan dan konflik itu. Dengan kata lain bahwa bagi Hobbes, keadaan
normal manusia adalah keadaan konflik dan perang secara terus menerus.
Dalam
konsep negara, Hobbes mengalanogikan negara sebagai leviathan. Leviathan
tersebut pada mulanya merujuk pada mitologi yang terdapat dalam kitab
perjanjian lama. Leviathan adalah sejenis monster yang ganas, menakutkan dan
bengis. Monster tersebut selalu mengancam dan mengusik keberadaan makluk-makluk
lain di sekitarnya. Leviathan tidak hanya tergambarkan sebagai monster yang
sangat bengis yang ditakuti, tapi juga setiap perintah dan kemauanya harus selalu
dipatuhi.
Leviathan
yang diwujudkan dalam sebuah Negara kekuasaan akan melalukan hal-hal yang jahat
yang pada hakikatnya tindakan tersebut bertentangan dengan nilai-nilai
kemanusiaan, seperti melakukan penindasan, penjajahan, peperangan, bahkan
pembunuhan terhadap manusia-manusia lemah yang tak berdosa.
Konsep
leviathan yang dikemukakan oleh Hobbes tersebut untuk konteks saat ini sangat
cocok dinisbatkan kepada Negara Zionis Israel. Betapa tidak, Zionis Israel
telah menunjukan kepada kita bahwa dirinya adalah sosok monster yang buas,
jahat, dan bengis. Aksi serangan militer yang dilakukan oleh Zionis Israel ke
Palestina merupakan perwujudan dari amukan dan kebiadaban monster tersebut. Akibatnya
adalah banyak dari warga sipil Palestina yang tak berdosa menjadi korban dari
aksi anti kemanusiaan dan kebiadaban tentara Zionis Israel.
Sama
halnya seperti Leviathan, Zionis Israel telah menunjukan hasrat kuasa ‘mutlak’nya
dan menjadi sesuatu yang ditakuti oleh semua rakyatnya bahkan rakyat Negara
tetangganya, Palestina. Karena mungkin hanya dengan cara inilah, Zionis Israel
akan mendapatkan suatu tujuan yang menjadi obsesi dan kepuasannya.
Air
Mata Palestina Terjatuh (lagi)
Air mata Palestina terjatuh lagi. Ini bukan kali pertama Zionis Israel
melakukan aksi kejahatan militer ke Palestina. Konflik Israel-Palestina
merupakan konflik yang telah berlangsung begitu lama, hampir enam puluhan tahun
lebih konflik ini bergulir, dan telah memakan puluhan ribu korban. Namun sampai
saat ini, di pertengahan tahun 2014, konflik tersebut belum jua menemui titik
terang.
Menurut
data terakhir, di Jalur Gaza, sejak awal agresi dan serangan udara militer
Israel, 170 orang Palestina telah tewas, sebagian besar korban tewas tersebut
adalah warga sipil dan 1.154 orang lagi mengalami luka cedera serius. Kebuasan
Zionis Israel kian hari semakin menjadi-jadi. Kecaman dan kutukan dunia
internasional atas kebiadaban serangan tersebut tidak dihiraukannya.
Melihat
banyaknya angka korban tewas yang berjatuhan, tentara militer Zionis Israel
sungguh merupakan perwujudan dari moster (leviathan) yang telah mencabut
hak-hak azasi manusia. Ini tidak hanya dikatakan sebagai kejahatan perang,
tetapi merupakan aksi pembantaian terhadap kaum yang lemah dan tertindas.
Sikap Pemerintah Indonesia
Pemerintah
Indonesia, melalui Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengecam keras aksi
serangan militer Israel yang dipandang tidak berprikemanusiaan ke Jalur Gaza,
yang menyebabkan jatuhnya banyak korban sipil di pihak rakyat Palestina.
SBY
menyatakan bahwa serangan militer tersebut harus segera diakhiri. “Serangan Israel
itu telah melampaui batas, dan tidak proporsional, serta mengakibatkan
terjadinya korban sipil. Aksi-aksi militer Israel perlu segera dihentikan dan
disusul dengan gencatan senjata yang kepatuhannya diawasi oleh Dewan Keamanan
PBB.”
Pemerintah
Indonesia berkomitmen untuk mewujudkan perdamaian antara Israel dan Palestina.
sejak awal Presiden Indonesia telah menginstruksikan kepada Menteri Luar Negeri
(Menlu), Marty Natalegawa untuk meningkatkan langkah diplomatik di Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB), Organisasi Konferensi Islam (OKI), dan Gerakan Non Blok (GNB).
Pemerintah
Indonesia menyatakan, ada empat sasaran diplomasi Indonesia terkait memanasnya
situasi di Jalur Gaza itu, yaitu: Pertama, hentikan serangan Israel ke
Palestina, kedua, gencatan senjata militer Israel dan pejuan Palestina, ketiga,
cegah balas membalas, dan keempat bantuan kemanusiaan terhadap korban-korban
yang telah berjatuhan.
Berkaca
pada i’tikad baik pemerintah Indoneisa, sudah saatnya dunia internasional
berkomitmen penuh untuk menjamin kebebasan dan kemerdekaan bagi seruruh rakyat
Palestina, dan menindak tegas setiap aksi kekerasan dan pembantaian yang telah
dilakukan oleh Zionis Israel.
Dunia
Internasional harus membuka mata, pikiran, dan hati bahwa di era kebebasan
dunia saat ini, sudah tidak relevan lagi monster-monster atau leviathan-leviathan
yang haus perang dibiarkan untuk berkeliaran begitu saja. Mari kita akhiri
tangisan mereka, dan sudah saatnya kita membiarkan anak-anak Palestina
tersenyum menikmati indahnya kebebasan dan menatap masa depan yang lebih baik.
*Ketua Umum HMI KOMFUF
Cabang Ciputat Periode 2012-2013 dan Penggiat Kajian PIUSH.
0 komentar:
Posting Komentar