Oleh
Dani Ramdhany*
Dimuat di www.rimanews.com
http://www.rimanews.com/read/20140709/160608/noda-demokrasi-itu-bernama-vandalisme
Suhu
politik menjelang Pilpres 9 Juli kian menghangat, bahkan kadang juga memanas. Kedua
kubu pasangan Capres dan Cawapres baik itu tim pemenangan, relawan, masa
pendukung, ataupun media massa penunjang, mereka saling serang, baik di dunia
nyata maupun di dunia maya, baik memalui fisik maupun nonfisik. Pertarungan
politik kian hari semakin asyik dan menarik, meski di dalamnya penuh dengan intrik.
Situasi
seperti itu di dalam proses demokrasi sangatlah wajar, mengingat bahwa
demokrasi meniscayakan adanya jaminan kebebasan hak-hak individu dan kelompok. Kebebasan
tersebut mencakup hak-hak sipil dan politik, hak ekonomi dan sosial, dan lebih
penting lagi hak untuk bebas dari segala bentuk kekerasan baik di ruang publik
maupun domestik. Tetapi, jika sekiranya kewajaran itu dibiarkan begitu saja dan
berlarut-larut, maka nilai-nilai demokrasi akan ternodai oleh berbagai tindakan
yang mengatasnamakan kebebasan itu sendiri.
Ya,
memang benar bahwa saat ini demokrasi kita telah ternodai. Noda demokrasi tersebut
bernama vandalisme. Vandalisme merupakan aksi pencacatan, perusakan, dan
penistaan terhadap segala sesuatu. Vandalisme berasal dari kata vandal, yaitu
orang yang menghancurkan segala hasil seni atau sesuatu yang ajeg dan indah.
Vandalisme juga berarti bahwa seseorang atau kelompok yang selalu bernafsu
untuk selalu melakukan aksi perusakan terhadap sesuatu yang ia tidak senangi.
Vandalisme merupakan tindakan yang merugikan dan mengganggu keamanan dan
kenyamanan masyarakat.
Baru-baru
ini, telah terjadi aksi anarkisme massa yang dilakukan organisasi sayap Partai
Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), Perjuangan Demokrasi (Repdem) yaitu
dengan menggeruduk kantor stasiun televisi Tv One di Kawasan Jakarta Industrial
Estate Pulogadung (JIEP), Jakarta Timur, dan Kantor Tv One Biro Daerah Istimewa
Yogyakarta, Rabu (3/7).
Aksi
tersebut didasarkan atas kekesalan massa pendukung PDIP setelah menyaksikan
tayangan berita di Tv One yang menuding bahwa kader PDIP adalah anggota Partai
Komunis Indonesia (PKI). Setelah pemberitaan tersebut, massa PDIP tidak terima
dan langsung melakukan aksi penyegelan serta aksi vandalisme atau mencorat-coret
bangunan Kantor Tv One. Coretan tersebut diantaranya berbunyi "Kader PDIP
bukan PKI" dan coretan-coretan bernada kemarahan lainnya.
Sebatas Salah Paham
Mari
sejenak posisikan diri kita berada di tengah-tengah kedua belah pihak. Bagi
pihak PDIP dan organisasi sayap pendukungnya, aksi tersebut dipandang perlu
sebagai peringatan. Hal itu sangat jelas seperti yang telah diungkapkan oleh Sekretaris
Jenderal DPP PDIP, Tjahjo Kumolo. Ia dengan tegas menyatakan "fitnah sudah
pada situasi kritis seolah PDI Perjuangan mengusung kader PKI. PDI Perjuangan
kawan PKI maka PDI Perjuangan musuh AD, demikian berita TV One. Partai minta
pertanggungjawaban bukti, siapa nama anggota PKI yang diberitakan TV One. Ini
menyangkut harga diri kehormatan partai dan Ibu Megawati Soekarnoputri yang
dilecehkan berita TV One."
Namun
di pihak lain, Wakil Pemimpin Redaksi Tv One, Totok Suryanto membantah terkait pemberitaan
yang seolah-olah menyatakan bahwa PDIP mengusung kader Partai Komunis Indonesia
(PKI). Ia menyatakan bahwa “tidak, tidak ada kalimat seperti itu. Kami tidak
pernah ada niat untuk menjelek-jelekkan partai manapun. Sebenarnya itu hanya
kesalahpahaman.”
Dari
penjelasan kedua belah pihak, sangat jelas bahwa aksi vandalisme tersebut didasarkan
atas kesalahpahaman antara kedua belah pihak. Tidakan vandalisme di Negara
hukum yang demokratis sangat tidak dibenarkan. Jika sekiranya pemberitaan
tersebut benar adanya mengandung unsur pencemaran nama baik partai, maka
seharusnya pihak PDIP melaporkan kasus tersebut kepada pihak yang berwenang,
baik itu KPU, Bawaslu, Dewan Pers, ataupun Kepolisian.
Akhir
cerita, kasus aksi vandalime yang menodai demokrasi ini telah diakhiri dengan
jalan damai. Dewan Pers telah memediasi kedua pihak untuk tidak membawa kasus
tersebut ke ranah hukum. "Tv One sudah sepakat dengan PDIP yang mengadukan
ini ke dewan pers, mereka memilih jalan perdamaian," kata ketua Dewan
Pers, Stanley.
Vandalisme Kontra Demokrasi
Menurut
amanat konstitusi, Negara Indonesia adalah Negara hukum. Setiap apapun harus diatur
dan diselesaikan menurut hukum. Sangat tidak dibenarkan, jika sekiranya dalam
menyelesaikan setiap permasalahan, individu atau kelompok tertentu menggunakan
aksi kekerasan atau peruksakan terhadap sesuatu. Aksi vandalisme jelas sangat bertentangan
dengan norma hukum dan demokrasi yang dianut oleh Negara Indonesia.
Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono pun sampai mengecam aksi-aksi kekerasan dan perusakan
yang menodai proses berjalannya demokrasi di Indonesia. "Saya tidak ingin
ada tindakan-tindakan yang tidak seharusnya terjadi di Pemilu 2014 dan pasca
pemungutan suara. Apakah aksi kekerasan, ataupun tindakan destruktif dan main
hakim sendiri, dari manapun datangnya."
Setiap
konflik dan permasalahan yang ada di sekitar kita kiranya harus diselesaikan
dengan jalan musyawarah bukan dengan aksi kekerasan dan perusakan. Karena sikap
vandalisme itu sangat bertentangan dengan norma-norma luhur yang ada pada jati
diri bangsa ini. “Tidak ada ruang untuk aksi kekerasan dan anarkisme di negeri
ini. Tidak ada pembenaran untuk kekerasan oleh siapapun. Saya sangat percaya
bahwa setiap konflik selalu ada solusinya, seberat apa pun konflik itu, kalau
selalu diikhtiarkan untuk diakhiri, selalu ada jalan ke arah itu,” pesan
Presiden.
Di
Negara hukum seperti Indonesia, iklim demokrasi yang benar dan baik perlu adanya
sikap pendewasaan. Sebab berbicara prihal demokrasi bukan hanya sekedar wilayah
kebebasan berserikat atau kebebasan berpendapat, juga bukan hanya pada ranah
kualitas pers yang bebas, tetapi juga kualitas sikap masyarakatnya yang dewasa
dalam menyikapi sesuatu. Demokrasi tanpa ditunjang dengan pemahaman dan
kedewasaan, hanya akan berujung pada kebebasan yang lepas tanpa batas dan
diakhiri dengan aksi-aksi anarkisme dan vandalisme. Anarkisme dan vandalisme
adalah musuh utama demokrasi yang harus kita perangi.
Semoga
ke depan masyarakat Indonesia semakin dewasa dalam menyikapi berbagai
permasalahan yang ada seiring dengan berjalannya proses demokrasi. Demokrasi
Indonesia harus tetap kita perjuangkan dan jangan sampai ternodai oleh
aksi-aksi vandalisme. Demokrasi kita harus diiringi dengan sikap saling
menghargai dan menghormati satu sama lain, demi terwujudnya keamanan,
kenyamanan dan ketentraman bersama.
* Penulis adalah Ketua Umum
HMI KOMFUF Cabang Ciputat Periode 2012-2013 M.
0 komentar:
Posting Komentar