
Berawal dari pertanyaan
sederhana saya kepada Akhmad Sahal di media sosial prihal "Shalat
Berhadiah" yang merupakan suatu program dari kebijakan Pemda Bengkulu (12
Februari 2014), Sahal menjawab dengan sederhana "emang Tuhan bisa
ditipu".
Jawaban tersebut
mengandung makna bahwa urusan shalat adalah urusan kewajiban seorang hamba
kepada Tuhannya, karena Tuhan melalui al-Quran secara jelas memerintahkan untuk
mendirikan Shalat. Terlebih mengenai urusan Pahala Shalat yang secara mutlaq
hanya Tuhan yang pantas untuk memberikan suatu penilaian apakah shalatnya
diterima atau ditolak dan apakah amal shalatnya diberi "upah" atau
tidak oleh Tuhan. Tuhan itu maha Tahu (al-'ãlim) dan Tuhan tidah bisa kita
tipu.
Niat Shalat itu wajib
karena Allah (lillãhi ta'ãla), bukan karena ingin mendapatkan hadiah berupa
umroh, mobil, motor atau mesin cuci. Jika Shalatnya sudah diawali niat karena
Allah, maka prihal pahalanya biarlah Allah yang menentukan, itu pun jika kita
melakukan shalat masih mengharapkan pahala dari-Nya semisalkan kenikmatan
Surga.
Ketika Shalat dilakukan
dengan motif dan iming-iming bendawi tidak karena Allah, maka sudah dipastikan
bahwa tujuannya bukan karena kesadaran atas
perintah kewajiban individual manusia dari Tuhannya.
Sahal lebih lanjut
menjelaskan bahwa peristiwa yang "aneh" ini merupakan suatu bentuk
dari "gejala komodifikasi agama dan
agamaisasi komoditas". Artinya bahwa ada pergeseran makna dan tujuan dari
ajaran agama. Shalat yang tadinya merupakan ritual individual seorang hamba
kepada Tuhannya dijadikan sebagai suatu produk yang diobral dan diperdagangkan
dengan motif-motif tertentu.
Shalat pada dasarnya
harus merupakan sikap idealisme seorang muslim. Artinya ritual keagamaan
tersebut dilakukan atas kesadaran penuh yang muncul dari dalam dirinya bukan
didasarkan atas sikap pragmatis yang
sesaat.
Akhir kalãm, Ada Hadits
yang Menyatakan bahwa setiap tindakan dan urusan manusia tergantung dan dikembalikan
pada niatnya. Jika niatnya karena Allah, maka akan sampai kepada Allah. Dan
jika kepada selain Allah, maka sudah bisa dipastikan tidak akan bermuara di
lautan Rahmat-Nya. Wallahu 'alam
0 komentar:
Posting Komentar