Oleh: Dani Ramdhany*
Dimuat di portal online Rakyat Merdeka
http://m.rmol.co/news.php?id=165174
ADA yang
mendefinisikan bahwa politik adalah seni segala kemungkinan (art of the possible). Apapun dapat
terjadi dalam dunia politik, dan tidak ada yang tidak mungkin terjadi selama
kemungkinan itu masih tetap ada.
Karena
di dalam dunia politik segalanya serba mungkin, siapa yang menyangka bahwa
ketika masyarakat Indonesia menaruh kepercayaan dan harapan besar kepada kedua
pasangan capres dan cawapres untuk mengawal proses demokrasi yang aman dan
damai, seketika itu kenyataan berkata lain. Publik dibuat bertanya-tanya,
mengapa Prabowo Subianto memberikan pernyataan sikap yang sekiranya dapat
mengganggu tahapan proses berlangsungnya demokrasi.
Banyak
masyarakat Indonesia merasa kecewa dan menyayangkan atas pernyataan sikap calon
presiden nomor urut satu, Prabowo Subianto yang dengan tegas menyatakan behwa
ia dan timnya menolak hasil putusan apapun yang ditetapkan oleh Komisi
Pemilihan Umum (KPU) prihal Pilpres 2014.
Yang
membuat masyarakat kecewa dan situasi sosial bergejolak adalah karena penolakan
tersebut dilakukan sesaat sebelum KPU mengumumkan secara resmi hasil dari
rekapitulasi suara nasional. Bukan hanya itu, Prabowo juga menginstruksikan
kepada para saksinya untuk walk out dalam
rapat pleno rekapitulasi penghitungan suara nasional yang dilakukan di gedung
KPU.
Prabowo
Subianto memaparkan beberapa alasan prihal sikap politiknya tersebut. Ia
menyebutkan bahwa proses demokrasi selama pilpres 2014 kali ini cacat hukum.
Telah terjadi kecurangan secara masif, terstruktur, dan sistematis yang
dilakukan oleh pihak-pihak tertentu yang baginya hal ini yang menyebabkan
proses demokrasi ternodai.
Prabowo
menyebutkan bahwa pihaknya telah menemukan tindak pidana kecurangan pemilu
dengan melibatkan penyelenggara pemilu dan pihak asing dengan tujuan tertentu
hingga pemilu menjadi tidak jujur dan tidak adil.
Namun
demikian, apapun alasannya, banyak orang menilai bahwa apa yang dilakukan oleh
Prabowo Subianto tidaklah pantas dilakukan karena dapat mencederai nilai-nilai
demokrasi. Apalagi mundur ketika pencoblosan sudah dilakukan dan proses
penghitungan suara sedang berlangsung, hal tersebut dipandang tidak sejalan
dengan Undang-Undang Pilpres.
Idealnya,
Prabowo harus senantiasa menghormati dan menjalankan tahapan-tahapan yang telah
ditetapkan perundang-undangan dalam proses pilpres tersebut. Dan jika
seandainya Prabowo menolak hasil Pilpres dengan alasan banyak kecurangan, maka
dia dapat mengajukannya ke Mahkamah Konstitusi (MK) atau melaporkan pidana
kecurangan tersebut ke pihak kepolisian.
***
Beberapa
saat setelah Prabowo menyatakan sikap politiknya untuk menolak pelaksanaan
Pemilihan Presiden, suasana sosial menjadi riuh bergemuruh. Pengamat politik,
ahli hukum, politisi, mahasiswa, bahkan sampai masyarakat biasa memberikan
berbagai komentar dan kritikan atas sikap Prabowo tersebut.
Di
media sosial seperti twitter misalnya,
hanya dalam beberapa menit saja kata kunci atau hastag “Prabowo kok
begitu” menjadi trending topic yang
menempati posisi pertama dalam beberapa saat.
Hal tersebut merupakan wujud dari respon publik atas sikap Prabowo tersebut.
Dalam
komentarnya, sebagian besar pengguna Twitter merasa kecewa dan menyayangkan
tindakan capres yang kerap menggunakan kemeja putih berlambang Garuda merah
itu. Namun di sisi lain, tak sedikit juga yang publik mendukungnya.
Meskipun
di dunia maya konflik sosial semakin memanas, namun kita harus tetap menjaga
stabilitas keamanan nasional di kehidupan nyata ini. Kita harus tetap
menghormati setiap putusan yang telah ditetapkan oleh KPU, karena hal itu
merupakan mandat mayoritas rakyat Indonesia.
Seorang
pemimpin bangsa haruslah menunjukan sikap negarawan sejatinya. “Mengakui kekalahan
itu mulia, mengucapkan selamat kepada yang menang itu indah.” Pesan tersebut
disampaikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sesaat sebelum pengumuman
hasil pilpres 2014.
Presiden
SBY menyatakan, "rakyat ingin, situasi damai yang kita dapatkan selama
proses Pemilu 2014 ini tetap dapat dijaga. Saya ingatkan kepada siapa pun,
janganlah dicederai demokrasi dan tatanan kehidupan bernegara yang terus
menerus kita bangun sekarang ini. Justru, kawal dan ikut mematangkannya. kekalahan
itu mulia, mengucapkan selamat kepada yang menang itu indah.”
Karena
bagaimana pun politik tidak hanya berbicara mengenai kekuasaan, tetapi ada hal
lain seperti yang pernah diungkapkan oleh Aristoteles bahwa politik adalah
usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama.
*Ketua Umum HMI KOMFUF
Cabang Ciputat Periode 2012-2013 dan Penggiat Kajian PIUSH.
0 komentar:
Posting Komentar